Seikat Mawar dalam Perjalanan


Susilo*)

Kisah perjalanan hari ini membuka suatu rahasia yang tersimpan rapat dalam kokohnya keyakinan. Selama roda berputar sepanjang jalan, perbicangan mengalir thema yang gak jelas, melompat kesana-kemari tanpa batas, karena memang tak ada moderator sebagai penyelaras. Seolah semua menjadi narasumber dengan kompetensi penguasaan materi masing-masing. Seru, walau kadang kurang bermutu, ha ha ha, tawa pecah walau kalau ditelisik dimana yang lucu gak ketemu, semua hanyalah ekspresi untuk mengisi kekosongan waktu selama perjalanan. Tak terasa ada celetukan yang menggiring tema walau dibahas dengan selengekan, tapi sih menurutku kalu dikaji mendalam jadi serius juga loh. 

Jika ini giat seminar kiranya judul yang tepat adalah, 'Mengekspos sisi lain dari sebuah kemapanan'. Berawal dari sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada istri-istri para pejabat yang memiliki kedudukan mapan, pengaruh besar dan tentu fulus disertai fasilitas yang sangat menggiurkan. 'Apakah ada kekhawatiran akan tingkah menyimpang suaminya?' Dalam hal ini tentu berkorelasi dengan wanita lain, perselingkuhan lah tegas katanya. Para 'Narsum' yang terdiri dari 'Nyak-nyak narator' mengungkap hasil investigasinya masing-masing dengan riang, tanpa beban.

Diantara temuan ada yang menyatakan kekhawatiran, sehingga diekspresikan dengan mengikuti ketika sang suami mendapatkan tugas ke luar kota. Apa pula diantara mereka yang pasrah dengan menyatakan jika pun suami 'serong' diluar rumah yang penting ia masih kembali dan tetap menjalankan kewajiban sebagai suami. 

'Narsum' lain memberi paparan, istri yang demikian itu biasanya karena lemah, gak punya power, minim nilai tawar dan keberanian, sehingga kehidupannya tergantung pada suami. 'Narsum' berikutnya berstatemen, maka artinya jika ada suami yang tidak selingkuh adalah karena takut istri, tandasnya.

Temuan yang lain, jika pun mereka mendengar ada kejadian nyimpang suaminya, ia tak mau melaporkan atau melakukan tindakan. Lebih bersikap diam, mengikhlaskan, memikirkan karir suami jika hal buruk ini diungkapkan, ia mengutamakan stabilitas keluarga dan masa depan anaknya dari pada rasa sakitnya. 

Waktu itu kami juga mikir, kok kreatifnya banget gitu lo, sampe-sampe muncul ide nanyakan tentang hal itu. Nyak-nyak ini memang bener-bener ahli kepo. Kami hanya berperan jadi penguping yang setia saja dan sesekali ikutan ngompor (hee, beda-beda tipis dengan mereka), tapi ada yang kami rekam value pelajaran positifnya juga lah.

We he he, orang-orang ini bisa aja memberi 'PR' dan memutar tumbuhnya inspirasiku. Menurut kami sih bisa jadi seorang istri yang pasrah demikian adalah seorang istri yang memiliki kemapanan iman, ia paham bahwa setiap orang menanggung sendiri-sendiri atas dosa yang dilakukan. Yakin bahwa pengadilan Tuhan akan datang, kehinaan juga akan ditimpakan kepada orang yang melakukan pelanggaran.

Sedangkan suami yang setia, sayang tulus pada istri, tak selingkuh, dia itu pria yang sholih, yang hanya takut akan mahkamah Tuhan. Jangan diidentifikasikan semata karena takut istri kalee....

Jika kami tarik garis lurus dengan sebuah kalimat, sesungguhnya istri-istri yang terkena jaring 'investigasi ilegal' (he he he) di atas, dengan mengambil sikap lebih memeningkan keluarga, suami dan masa depan keturunannya, mereka bagaikan 'Seikat mawar yang berbeda-beda warnanya namun harumnya sama'. 

Istri Teraniaya Mustajab Doanya

Sesungguhnya seorang istri yang menyandarkan segala persoalannya kepada Tuhan adalah perempuan yang memiliki kekuatan hebat. Karena dirinya telah diliputi, bersenyawa dengan 'Habunallah wani'mal wakil, ni'mal maula wani'man-nashir' sehingga power yang keluar tak bersumber dari dirinya akan tetapi penyelesaian dan keadilan dari Allah dzat yang maha kuat. Siapa yang bisa menghentikan jika Tuhan telah memutuskan? Gak ada! Tak heran jika perempuan sholihah ini dipastikan akan menjadi pemenang dalam menuntaskan persoalan.

Rasa sakit atas kezaliman dari suami akan diganti dengan maqbulnya setiap doa yang dipanjatkan.  Karena Allah mendengarkan dan mengabulkan doa orang yang teraniaya, tidak ada pembatas antara mereka dengan Allah. Allah memberikan perhatian khusus kepada doa orang yang teraniaya. Sebagai wujud dari keadilan dan pembebasan dari penzaliman. Allah mengangkat doa orang yang teraniaya di bawah naungan awan pada hari kiamat. Dan Allah akan membuka pintu-pintu langit untuk orang yang teraniaya. 

Ketika merasa terzalimi, umat Islam dianjurkan untuk berdoa dengan penuh keyakinan dan khusyuk. Selain itu, umat Islam juga dianjurkan untuk tetap bersabar dan bertawakal.

Semoga bermanfaat.

Madiun, 14 November 2024

*) Anggota SPK Tulungagung, Paksi dari JatimPAK



Comments

Popular posts from this blog

ROAD TO HSN 2024

ADA JIHAD DALAM POLITIK?!

Satu Buku untuk Tulungagung Maju