Kekuatan yang Tak Terkalahkan


Susilo*)

Tadi malam kami disebukkan dengan bersih-bersih rak buku untuk memilah buku yang pernah kami terima dari Perpustakaan Daerah kepada TBM kami kira-kira 10 tahun lalu.  Luar biasa bersyukur, kami menemukan harta karun, sebuah buku usang koleksi kami. Buku dengan kertas kecoklatan makin menambah kesan kuno, tambah lagi  sudah tak ada sampul luarnya, dari sampul dalamnya masih bisa kami dikenali judulnya 'Godaan Sjetan', buku terbitan kedua (1972) karya Md. Ali Alhamidy (saat Beliau dalam tahanan), makin nyata telah berusia lansia dengan narasi yang disusun menggunakan ejaan lama. 

Setelah prosesi pemilahan dan pembersihan selesai, kami tertarik untuk menelusuri lagi buku usang tersebut. Dari halaman ke halaman kami lalui dan sampailah kami pada halaman 28 yang berjudul 'Sjetan Menggoda 'Abid yang hendak menebang pohon' kisah yang masih populer sampai saat ini. Setelah kami nikmati alur kisahnya yang berakhir pada halaman 34, menurut kami kisah ini memberi tambahan asupan energi dan motivasi bagi kami. Selamanya tetap relevan sebagai pelajaran dalam perjalanan kehidupan.

Dikisahkan ada seorang 'Abid dengan semangat membara untuk menumpas kesyirikan yang merebak dikalangan masyarakat. Menurut info valid, 'Abid mendengar bahwa telah banyak diantara masyarakat yang menyakini sebuah pohon yang sangat besar di tengah hutan sebagai sesembahan. Maka dengan semangat menegakkan tauhid, memberantas kesyirikan Si 'Abid berangkat menuju ke hutan dimana pohon dimaksud berada.

Sampai di lokasi sesuai informasi yang diterimanya, dengan ciri-ciri yang cocok, 'Abid berhenti hendak melanjutkan tujuannya untuk menebang pohon raksasa itu. Namun langkahnya dicegah oleh seseorang yang belum pernah dikenalnya. 

"Hee Tuan, apa yang hendak engkau lakukan?" tanya orang itu.

"Aku akan tebang pohon ini? Jawab 'Abid tegas.

Singkat kisah, setelah terjadi dialog yang tajam, tentang apa untung dan ruginya si 'Abid dengan keberadaan pohon tersebut. Tidak ditemukan titik simpul, jutru suasana makin memanas, si 'Abid bersikukuh tetap akan menebang, sementara si Setan yang menyamar sebagai manusia berkomitmen untuk menghalanginya, maka terjadilah pertengkaran fisik yang sengit, dan berimbang. Hingga akhirnya Si Setan terdesak, 'Abid hendak memukulkan kapaknya ke kepala Si Setan, namun ia segera minta ampun dan menawarkan negosiasi.

"Cobalah tuan mendengarkan pendapatku dulu.." Setan hendak memberikan saran perdamaian yang memikat.

"Pertama, orang yang menyembah pohon ini sudah sangat banyak, ratusan, bahkan ribuan. Bagaimana jika sesembahan yang mereka cintai engkau potong? Jika mereka marah, kemudian mengeroyok Tuan, maka Tuan akan mati konyol. Coba pikirkan ini?!". Kata Setan membuka dengan argumen meyakinkan.

"Kedua, Jika Tuan menebang pohon ini dengan alasan akan menghentikan syirik, itu tidak benar!. Karena mereka yang telah terikat hatinya pada kesyirikan, akan mencari barang lain untuk dipuja sebagai gantinya, bisa berupa batu, gunung, laut, api, bulan, bintang dan lainnya". Kemudian Setan melanjutkan dengan tawaran menariknya.

"Ketiga, Tadi Tuan katakan bahwa Allah akan marah jika Tuan tidak memotong sumber kesyirikan, itu salah!, yang benar adalah Allah akan marah jika Tuan meninggalkan ibadah kepada-Nya. Tuan juga katakan akan mendapatkan pahala jika bertindak menebang pohon ini, itu belum tentu benar. Yang benar dan pasti adalah aku akan memberi Tuan uang dua dinar setiap pagi yang aku letakkan di bawah bantalmu, jika tuan mengurungkan niat memotong pohon ini.  Bagaimana Tuan??!.." Pungkas Setan.

Si 'Abid mulai turun ketegangannya mendengar tawaran menarik di atas, dalam hati berkata, "Aku sudah puluhan tahun menjadi ahli ibadah, belum pernah aku terima uang sebanyak itu, setiap hari lagi. Wah, kalau gini, setahun saja aku sudah kaya raya, dan bisa memenuhi kebutuhan hidup dengan layak, bahkan berlebih".

"Baik, apakah janjimu bisa aku percaya, dan apa jaminannya!!". Abid menegaskan, pertanda setuju.

"Kalau aku berdusta, Tuan bisa datang kesini lagi, Tuan boleh memukul kepalaku sampai lebur dan tuan silahkan menebang pohon ini". Penegasan Setan yang meyakinkan.

Si 'Abid akhirnya kembali ke rumah dengan harapan esok hari telah ada dua dinar dibalik bantal. Dan benar itu menjadi kenyataan, setiap pagi wajah Si 'Abid berseri. Keadaan nyaman ini mulai melunturkan semangat ibadahnya, hari ke hari makin menurun. Hingga suatu pagi ia terkejut, karena di bawah bantal tak ada lagi dinar, yang dinantikan. Maka dengan kemarahan meluap tak terkendali Si 'Abid mengasak kapaknya dan bergegas menuju hutan. 

Sampai ditempat tujuan Si 'Abid dengan menahan emosi ia minta penjelasan dari Setan. Setan-pun memberi jawaban yang lebih mengejutkan, katanya memang sengaja tidak menaruh dua dinar dan menantang 'mau apa?'. Makin menyala kemarahan Si 'Abid, sehingga terjadilah perkelaian yang tampak tak berimbang dan akhirnya 'Abid kalah.  'Abid dalam kondisi lemah bertanya kepada Setan, "Mengapa aku bisa kau kalahkan?"

"Karena kedatangan Tuang yang dahulu itu hanya karena Tuhan, dengan keikhlasan total, sehingga walau aku telah mengerahkan segala daya tak akan sanggup mengalahkan Tuan. Sedangkan kedatangan Tuang hari ini adalah karena dinar, sehingga dengan mudah aku kalahkan". Penjelasan Setan yang membuat Si 'Abid insyaf, tunduk dan bertobat.

Kisah di atas, dikutip Penulis buku 'Godaan Sjetan' dari Al-Mubarak bin Fadlulah dari Hasan yang disampaikan oleh Ibnul Jauzi  (Wafat 597 H.), kisah di atas memberi pelajaran penting bahwa 'ikhlas' menjadi benteng terhadap semua godaan setan, dengan ikhlas akan tumbuh kekuatan utuh yang tak terkalahkan. Orang ikhlas tak kendor oleh hambatan dan ancaman. Orang yang ikhlas tak kan kehabisan energi untuk menebar kebaikan. 

Maka jangan sekali-kali percaya oleh bisikan lembut, indah dan melenakan dari Syetan, karena tidaklah Syetan menjanjikan kepada manusia melainkan tipu daya (QS. An-Nisa ayat 120). 

"Selamat Hari Ibu". Beliau teladan hamba yang penuh keikhlasan, mengandung, melahirkan, merawat dengan segudang tantangan, telaten memberi contoh dan mendidik dengan pelajaran utama untuk mempersiapkan masa depan perjalanan hidup bagi anaknya. Kasihnya tak termakan oleh perubahan zaman. Karena ibu adalah sosok yang selalu ikhlas memberi.  

Semoga bermanfaat.

Wallahu a'lam bis-shawaab..

*) Anggota SPK Tulungagung, Paksi JatimPAK.




Comments

Popular posts from this blog

TERJANGKIT SPIRIT MERAH PUTIH

ROAD TO HSN 2024

ADA JIHAD DALAM POLITIK?!