Lahirnya Diponegoro Baru

Dok. Ilustrasi kedahsyatan Perang Jawa

Susilo*)
Syamsun, Sun, Sol, Helios, Aftab, Surya, Srengenge, adalah sebutan penamaan dari inti pusat tatasurya, dalam bahasa Indonesia disebut dengan Matahari. Sinarnya ditunggu semua makhluk, untuk tumbuhkembang dan kehidupannya. Oleh karenanya leluhur memberi nama tersebut untuk mengidentifikan sifat dan urgensi dari Matahari yang memberikan cahaya cerah, sumber kehidupan, lambang kekuatan, dan yang memberi kemakmuran. 

Matahari tak cuma memberi manfaat penting sebagaimana tersebut, namun lebih dari itu ia mendapat tugas lain tak kalah penting dari Yang Maha Kuasa. Ialah melakukan memperhatikan akan semua kejadian diseluruh permukaan bumi, kelak ia akan bersaksi atas apa yang telah tersimpan dalam file rekaman. 

Bicara tentang Matahari, teringat satu tokoh Pahlawan yang namanya identik dengan Matahari. Dia adalah Pangeran Diponegoro atau Raden Ontowiryo (11 November 1785 – 8 Januari 1855) adalah putra tertua dari Sultan Hamengkubuwana III. 'Dipo' yang berarti seseorang yang menyebarkan pencerahan atau yang memiliki hidup dan kekuatan, sebagaimana sang Surya. 'Negoro' adalah suatu daerah. Maka Diponegoro berarti seorang yang memberi pencerahan, kekuatan dan kemakmuran kepada suatu daerah (negara).

Benar-benar menjadi kenyataan bahwa menjadi do'a dalam sebuah nama. Pangeran Diponegoro menjadi seorang pahlawan nasional Republik Indonesia yang memimpin Perang Jawa selama periode tahun 1825 hingga 1830 melawan pemerintah Hindia Belanda. Kegigihannya menularkan dan menyalakan semangat juang agar cahaya kemerdekaan bisa dinikmati oleh semua warga negara.

Sejarah mencatat Perang Diponegoro sebutan lain dari Perang Jawa, dikenal sebagai perang yang menelan korban terbanyak dalam sejarah Indonesia, yakni 8.000 korban serdadu Hindia Belanda, 7.000 pribumi, dan 200 ribu orang Jawa serta kerugian materi 25 juta gulden. Sebagai konversi 1 gulden adalah uang yang setara dengan satu gram emas, dan saat itu total pendapatan pemerintah Hindia Belanda per tahunnya adalah 2 juta gulden maka perang ini menghabiskan 10 tahun APBN Belanda dalam 5 tahun.

Perang Jawa berakhir setelah para pemimpinnya menyerahkan diri atau ditangkap oleh Belanda. Pangeran Diponegoro ditangkap dan dibawa ke Magelang atas perintah Jenderal De Kock. Ia kemudian diasingkan ke Manado dan Makassar hingga akhir hayatnya.

Matahari menjadi saksi, bagaimana kedahsyatan Perang Jawa. Perang hebat ini memberi teladan bahwa suatu perjuangan memang seharusnya dilakukan oleh semua elemen masyarakat. Semua terlibat dalam gerakan perjuangan, maka jalan kemenangan akan terbuka lebar. 

Hari ini adalah mengenang hari kelahiran Pengeran Diponegoro untuk meneladani sehingga tumbuh rasa cita pada negeri. Sehingga lahirlah Diponegoro-diponegoro baru diera 2024, siapa dia? Dialah mereka yang teguh mempertahankan integritas diri, pejabat ataupun rakyat. Ialah mereka berani berkorban jiwa raga untuk negaranya agar terbebas dari belenggu penjajahan sistemik; korupsi dan antek-anteknya. Semua kudu bergerak jika ingin menuai hasil maksimal, pemerintah, swasta dan masyarakat bertekat nyata melakukan gerakan bersama. 

Semoga bermanfaat.

*) Anggota SPK Tulungagung, Paksi dari Forum JatimPAK.

Comments

Popular posts from this blog

ROAD TO HSN 2024

ADA JIHAD DALAM POLITIK?!

Satu Buku untuk Tulungagung Maju