AWAN PUTIH DI LANGIT BIRU
Perkenalkan, Aku Okiharu, bekerja di PT. Nikko Naoki, salah satu diantara 13 anak cabang dari perusahaan induk PT. Asahi Benjiro yang bergerak dalam bidang pembangunan, pengembangan SDM dan layanan jasa. Posisiku cukup strategis waktu itu, sebagai Sekretaris Direktur. Karena perusahaan kami sedang membutuhkan seorang yang memiliki kemampuan mumpuni bidang IT, Pak Juno (pimpinanku) mengajak diskusi terkait hal tersebut. Akhirnya kami bersama-sama mencari sosok yang pas, hingga akhirnya kami menemukan sosok yang sesuai kriteria yang ditetapkan perusahaan.
PT. Nikko Naoki
adalah anak perusahaan yang berkedudukan di Kota Nagoya bagian dari Prefecture Aichi, merupakan kota keempat
terbesar di negaraku. Kota yang aku cintia dan banggakan ini disamping menjadi
tempat tumbuhkembangnya perusahaan otomotif seperti Toyota, Suzuki dan Honda,
kotaku juga terkenal sebagai kota sejarah serta kota yang mampu mempertahankan
kelestarian ekosistem alam baik yang ada di laut, sungai, daratan dan
pegunugan. Disinilah sejarah hidupku terukir
di alam bawah sadar yang berbaur dengan pesatnya industri dan teknologi.
Sejarah hidup ini memang tak dibukukan, namun tiada pernah hilang dari ingatan.
Kisah ini menyimpan banyak pelajaran untuk masa depanku, saat ini dampak
positifnya baru dapat kurasakan.
Jujur sesungguhnya
kurang selaras antara pekerjaan dan kepribadianku, Aku sangat memahami dan menyadari,
sehingga Aku harus ekstra terus berusaha menyelaraskan dengan kebutuhan
lapangan. Namun lagi-lagi ini merupakan kekurangan mendasar sebagai seorang
yang bekerja dalam bidang palayanan jasa. Aku lemah dalam kemampuan interaksi
sosial, negosiasi, komunikasi tak lancar mengalir, karena keterbatasan file ilmu atau pengalaman yang tersimpan,
apalagi jika harus tampil di depan publik sungguh tak percaya diri. Jika aku
berani tampil dan berusaha rileks serta berusaha total maksimal ini adalah hal
yang Aku paksakan demi tuntutan peran jabatan.
Kesadaran inilah yang memaksa diriku agar mampu menyelaraskan antara kemampuan dengan posisi, kedudukan, dan amanat tugas utama dalam perusahaan. Setiap hari terus berlatih menambah kemampuan diri untuk mengejar ketertinggalanku diluar pengetahuan inti yang Aku kuasai. Sejujrunya faktor keberuntungan banyak menopang sehingga Aku bisa menduduki posisiku saat ini, aku hanya menguasai beberapa kemampuan inti yang dibutuhkan perusahaan kala itu.
Memikiki
Kwalifikasi
Perjalanan hidup
yang indah ini dimulai pada tahun 2010, saat itu perusahaanku membutuhkan
karyawan yang memiliki kemampuan mumpuni untuk memback-up dalam bidang IT. Sehingga waktu itu pimpinan memutuskan merekrut
karyawan baru, kebetulan pilihan jatuh pada gadis muda yang berusia 21 tahun,
masih sangat muda dibanding aku yang sudah berusia 38 tahun. Kehadiran Kaori
ini benar-benar mampu merubah suasana tempat kerja dengan kemampuannya,
kecerdasan dan moralitasnya.
Hari baru dengan rekan
kerja baru sekaligus menjadi sahabat baru, Ia gadis muda yang cerdas,
menyenangkan dan (ssttt, hmm) cantik
lagi, pas-lah untuk menopang
pergerakan perusahaan dalam upaya meningkatkan kwalitas kinerja dan melayani costumer. Bolehlah dikatakan ia memiliki
paket komplit, sempurna menurutku, Ia cerdas, cekatakan, ceria dan cantik. Kata
banyak orang, Mereka mengakui bahwa Kaori adalah gadis yang memiliki
kualifikasi 3B, Brain, Beauty and
Behaviur.
Bersyukur sekali dengan kehadiran Kaori sebagian beban tugas kerjaku benar-benar terkurangi secara signifikan. Cukup intens diskusi yang Aku lakukan dengan Kaori, berfokus bahas untuk meningkatkan kwalitas outcome, sesekali diselingi dengan candaan hingga curhatan masing-masing. Kumerasa makin tersupport dengan adanya sahabat baru yang bisa dekat dan akrab walau beda generasi, umurku terpaut jauh.
Empaty
yang Dalam
Makin hari aku
makin kagum, rasa empaty makin dalam,
terasa memiliki sahabat yang sesungguhnya, tumbuh makna baru dalam persahabatan.
Betapa tidak kagum gadis cantik semuda ini telah memiliki pola pikir dan
kedewasaan yang terpancar dalam sikap yang mandiri, jujur dan bertanggungjawab.
Berawal dari
obrolan serius tentang pekerjaan perlahan bergeser dalam pembicaraan
interpersonal, aku tak tahu bagaimana mulanya sehingga sampai pada thema dimana
Ia mengkisahkan perjalanan hidupnya, sejak masa balita Ia sudah ditinggal ibu
kandungnya untuk selamanya saat melahirkan sang adik tercinta. Hari-hari dimasa
kecil Kaori hidup bersama sang ayah, Pak Naoki, dan neneknya. Suatu ketika Pak
Naoki memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang wanita bernama Sasuki, seorang
wanita baik hati yang mau menerima Pak Naoki apa adanya beserta keempat anaknya.
Disaat dan setiap
memaparkan kisah hidupnya, aku perhatikan sering kali air mata menetes mengalir
dipipi Kaori yang lembut, putih dan bersih. Yaa
Tuhan, hati ini tak kuasa menahan rasa kasih, dan empaty yang dalam kepadanya.
Kaori memang telah menemukan struktur keluarga yang utuh, tapi tetaplah berbeda
antara ibu sambung dengan ibu kandung. Jika aku tidak salah aku memahami, beda banget keadaan psikis seorang anak yang
ditinggal oleh ibu kandungnya dibanding dengan anak yang ditinggal oleh
bapaknya, mungkin begitulah yang dirasakan Kaori kecil. Kisah Kauri kecil
begitu menyentuh rasaku terdalam, batinku terseret secara halus, makin dalam
tertanam rasa belas kasih penuh sayang.
Suatu saat pada
kesempatan yang lain, Kaori melanjutkan kisah hidupnya. Ketika memasuki usia
sekolah, Ia memperhatikan kondisi buku teman-teman sekolahnya yang tampak rapi,
baju seragam diseterika halus, rapi dan segalanya terawat baik dalam pandangan Kaori
kecil waktu itu. Dia merasa teriris perih hatinya, kasih sayang ibu yang seluas
langit biru tiada dia dapatkan, ibu yang selalu memperhatikan dan membantu menyediakan,
merapikan segala kebutuhan tak ada didekatnya. Kulihat matanya berawan putih,
mengalirkan air mata dari mata air kesucian kasih sebagai saksi kerinduan akan belaian
sayang dari sesosok ibu.
Hati ini makin
kagum pada Kaori, si gadis mungil nan cantik, Ia sudah mampu mengambil pelajaran
dari keterbatasan isi rumah dalam hidupnya. Gadis usia belia tapi telah
memiliki kedewasaan dalam berpikir hingga bisa berkesimpulan dan mengambil tindakan
sebagai solusi atas apa yang tak dimilikinya. “Tiap malam aku luruskan dan rapikan sendiri pojok-pojok buku sekolahku
yang lusuh atau terlipat, agar rapi seperti buku teman-temanku. Biar gak beda
jauh kalau bisa sih gak kalah dengan teman-temanku walau aku tak didampingi
oleh seorang ibu...” Kaori menuturkan kisah pedihnya sambil menyeka air
mata. Hatiku sesungguhnya terlarut bersenyawa dalam perih hatinya, tapi aku
harus menahan diri demi memberi penguatan kepadanya.
Kondisi nyata yang
dihadapi telah menempa Kaori kecil, sehingga Ia telah memiliki kematangan diri
dan kemandirian luar biasa. Setiap kali mendengar kisah hidup yang pilu, makin
tinggi kekagumanku, makin dalam empatyku.
Aku coba menembus pintu rahasia agar bisa mengambil pelajaran dari sejarah
Kaori yang dituliskan oleh Sang Pencipta.
Semangat hidupnya
untuk maju dan berubah lebih baik benar-benar menginspirasiku, hingga Aku proyeksikan
kepada putriku Miyo yang saat itu masih usia 5 tahunan. Aku berdoa agar kelak sikap
dewasanya, kemandiriannya, semangatnya untuk terus berkembang, berubah dengan upaya
keras pantang menyerahnya untuk menjadi semakin baik menempel juga pada sifat Miyo-ku.
Perjalanan persahabatan ini begitu indah dan membahagiakan bagiku, Aku banyak mendapatkan ilmu dari sahabat Kaori-ku ini. Walau seharusnya secara teori ilmu dan pengalamanku lebih banyak dari sudut pandang usia. Nyatanya ada pengalaman hidup yang tidak pernah aku alami. Perajalan hidup Kaori sungguh menginsprirasi, kekuatan fisik dan mentalnya mengagumkan. Aku tidak bisa membungkam kekagumanku kepadanya.
Antara
Takut dan Bahagia
Dari hari ke hari
PT. Nikko Naoki makin memancarkan sinar cerahnya, berkat pengaruh energi positif
dan sinergi kerja Kaori. Akupun bekerja tak lagi monoton, karena ada Kaori yang
menyenangkan dan bisa diajak diskusi. Setiap ada kesempatan Aku ngobrol santai
disela kesibukan kerja untuk memicu inspirasi dan kreatifitas yang linier
dengan kebutuhan perusahaan untuk mencapai tujuan. Membuat hari penuh isi dan
mengesankan dengan keberadaan Kaori, suasana ceria, iklim semagat kerjapun
terbangun tumbuh secara alami.
Kaori benar-benar
mampu memberi warna di ruang kerjaku. Lama kelamaan ada suatu rasa yang aku
takutkan, betapa tidak, akhir-akhir aku merasa seperti kehilangan dan ada yang
kurang jika tak ada Kaori, rasa senang, semangat dan bahagia kembali tumbuh
jika Kaori ada di ruang ini. Ketika Ia mengadu akan problematika yang
dihadapinya, serasa ada penggilan kuat untuk turut membantu menyelesaikan atau
setidaknya meringankan beban. Sebaliknya jika aku melihat Ia tersenyum,
bahagia, rileks, akupun turut merasa akan kebahagiaannya.
Ah... aku menepis, tapi
mengapa rasa empaty menjadi sayang
yang makin dalam pada Kaori yaa?? Aku
takut jika berlebihan tapi aku juga tak bisa menutupi perasaan bahagia saat
bersamanya. Walaupun susah memisahkan campuraduknya kasih sayang, tapi aku
harus bisa komitmen bahwa Kaori adalah sahabat yang aku sayangi, Aku lindungi,
kubantu sesuai batas kemampuanku. Tapi Aku tidak boleh overload, Aku harus tetap bisa menjaga secara proporsional.
Tiap datang hari kerja adalah hari yang aku tunggu, karena memang tumbuh kebahagiaan, sayang yang banget dalam frame persahabatan, tapi sungguh kuakui dalam hatiku terjadi peperangan, perjuangan dan benturan. Mungkin orang lain hanya bisa melihat dari sikapku yang begitu perhatian pada Kaori, namun sesungguhnya yang terjadi dalam bathinku mereka tidak pernah tahu, bagaimana beratnya perjuangan mempertahankan diri agar tetap pada line yang proporsional.
Benteng
Pertahanan Hati
Perang masih terus
berkecamuk dalam hatiku, setiap saat, dimana tempat, sering muncul Kaori, rasa
kasih sayang ini seperti telah berakar hingga kurasakan ada gerakan pertumbuhan.
Sering terbersit dalam pikiranku pertanyaan yang semestinya tak perlu kutanyakan,
bagaimana keadaannya, sehatkah, ada persoalan atau aman, sedih atau bahgia
serta banyak kalimat pertanyaan yang mengisayaratkan suatu kekhawatiran. Ukhh.. mengapa hal ini muncul dan terus
berseliweran dalam pikiran?
“Yaa Tuhan, jika rasa kasih sayang ini
menjadikan aku terdorong ke arah yang salah, maka hapuskan dari hatiku..” Proposal
permohonanku kepada Sang Pencipta, karena aku merasa telah sampai pada titik
kebimbangan dan ketakutan.
Berhari-hari aku
renungkan kembali atas permohonan yang Aku ajukan kepada Tuhan, jangan-jangan
jutru Aku malah salah. Karena cinta itu bersifat universal, ada pada setiap dan
untuk semua orang, bermakna luas tanpa batas, seluas langit biru. Jika Aku
mohon dihilangkan rasa cinta itu mungkin sama halnya Aku menghapuskan jati diri
manusia yang diberi karunia rasa sayang dan cinta. Tuhan ampuni atas permohonanku.
“Yaa Tuhan, ampuni!! Perkenankan hamba
meralat atas permohonan sebelumnya... Yaa Tuhan mohon bimbing hamba agar mampu
menempatkan rasa cinta dan kasih sayang pada tempat, posisi dan porsi yang
benar..” Demikian aku meralat doa.
Syukur luar biasa
tumbuh kesadaran dalam diriku, bahwa satu-satunya benteng pertahanan diri
adalah menyerahkan kembali kepada Tuhan yang memberikan rasa cinta dan kasih
sayang di hati. Dengan mengajukan permohonan kepada Tuhan, Aku sangat berharap mampu
menempatkan cinta khusus, spesial dan suci seindah awan putih yang menghiasi
langit biru kepada Junki istriku akan tetap kuat terjaga selamanya. Tak
terganggu dan tergoyahkan oleh rasa empaty,
cinta dan kasih yang bersifat universal.
Sedangkan rasa sayang dan empaty kepada sahabat terkasihku Kaori pun jua tak berubah, tak surut, tak larut, dan berganti arah, tetap pada posisi dan porsi yang tepat. Dari dulu hingga kini walau Aku tak satu perusahaan lagi, support do’a –do’aku terbaik tak pernah kuhentikan untuknya. Kesuksesan dan kehabagiaannya adalah berita yang ingin selalu kudengar.
Biarlah langit luas tetap membiru dan awan putih bersih menghiasi memperindah angkasa luas tanpa batas.
Comments
Post a Comment