MANAJEMEN IRIT
![]() |
Pak Nahroni (Ketua RT Kita) mengamati tampilan warganya |
Peritiwa dibalik layar yang luput dari pantauan, sebelum date pelaksanaan kegiatan Pawai Budaya yang diselenggarakan Pemerintah Desa Tanjungsari pada Hari Ahad kemarin (1 September 2024). Tepatnya sehari sebelum acara Bu Lia (Menteri Keuangan Keluarga Kami) berdiskusi dengan Kak Samita (Asisten Menteri), tentang bagaimana besok tata riasnya? Apa ke salon atau rias sendiri. Mereka menghitung, tik benik telo kangkung, itung-itung dengan kalkulator pawon jika rias satu wajah Rp. 100.000,- keluarga kami tampil dua orang, sama dengan titik-titik. Keputusan menteri dari hasil diskusi, keluarkan anggaran 200 ribu dibelikan saja perlengkapan make up tentu gak beli yang mahal-halal dong. Keputusan ini dengan pertimbangan Kak Samita bisa praktik menjadi MUA (Make Up Artist) dengan ilmu yang telah diperoleh dan bermanfaat juga untuk me-make up teman-teman yang lain secara gratis. Lebih banyakkan manfaatnya?? Manajemen menteri perkitchenan memang hhmmm (jempol).
Hari pelaksanaan pada jam 11.30, mulai merias bergantian, sebagian sholat Dhuhur. Dengan riasan sederhana ala MUA Kak Samita tuntas merias 5 orang peraga kira-kira jam 13.00 plus 2 orang peraga dengan merias sendiri menggunakan perlengkapan yang ada. Lumayan kan dengan modal 200 rebu bisa dipakai make up 7 orang dan itu masih sisa banyak. Sudah mengirit berapa rupiah tuh.?? Manajemen irit (frugal living, istilah kerennya saat ini) dari Menteri Keuangan Keluarga memang luar biasa membawa manfaat lebih banyak, joshh, mantap..!! Kuyakin kamu musti bangga memilih aku jadi suamimu (eh kebalik gak ya, ha ha ha...)
Sodara, jika pelatihan dalam upaya pemberdayaan masyarakat desa ini dipraktikan, sangat signifikan tuh, mampu menekan biaya kebutuhan karnaval. Sekaligus memberi infus penguatan mental dengan memberi kepercayaan kepada pihak-pihak yang telah menerima bekal pelatihan keahlian untuk mempraktikkan.
![]() |
Kak Samita dengan hasil rias ala MUA-nya, bersama Kak Tiwi |
Sesuatu yang membanggakan, disamping sebagian make up peraga hasil karya lokal anak desa sendiri, lebih membanggakan karena lingkungan RT 03 RW 01 Dusun Tiyang tidak ada konsep ngebon (mendatangkan orang dari luar desa sebagai peraga). Semua hasil kreasi dengan menggali potensi yang ada dalam wilayah RT sendiri. Jika gak punya group drumband mengapa harus nyewa dari luar desa, gak punya group jaranan mengapa harus ngebet menampilkan dalam arak-arakan? Dan seterusnya mengapa pula memaksakan.Tampilkan saja potensi apa yang ada di wilayah kita dengan percaya diri sepenuhnya. Mungkin itu prinsip Pak Nahroni (Ketua RT kami) ketika dalam perjalanan kami tanyakan, "Apakah RT kita ngebon orang dari luar desa?" Beliau jawab "Tidak". Ini keren, mantap gaess!!!.
Pelajaran Anti Korupsi dari Pak Erte: Konsep sederhana, tampil maksimal dengan potensi yang ada. Acara sukses membahagiakan dan membanggakan. Sangat masuk konsepnya Pak Erte, "sederhana" merupakan nilai etos kerja dalam integritas.
Semoga bermanfaat.
Tulungagung, 2 September 2024
Penulis: Susilo (Anggota Jatim PAK)
Comments
Post a Comment