BERTEMU GURU SPIRITUAL
Perjalanan hidup mengantarkanku bertemu dengan Guru-guru pembimbing dalam hidupku. Pengalaman ini mungkin biasa saja bagi mereka yang hidup di lingkungan keluarga agamis, madrasah, pesantren dan berbagai tempat yang lengket dengan pendidikan keagamaan terasa biasa, tapi bagi saya luar biasa.
Beliau Kyai Judi, seorang kyai di kampungku, semoga Allah senantiasa karuniakan kesehatan dan kemuliaan kepadanya. Beliau adalah Guru yang pertama kali mengajariku sholat dengan sabar dan telaten, dari bacaan lafadz hingga gerakannya. Rutinitas setiap selesai Jamaah Maghrib, semua santri dibimbing untuk lalaran (membaca ulang) pelajaran kemarin yang sudah diberikan. Mulai dari awal sampai pelajaran terakhir, kemudian esok hari lalaran dengan tambahan pelajaran baru dan seterusnya. Mungkin ini yang disebut dengan metode repetisi, dengan mengulang-ulang lafadz secara kontinyu maka santri akan hafal dengan sendirinya. Setelah dirasa semua hafalan nancap, maka dilanjutkan setiap bacaan tadi diterapkan dalam gerakkan. Beliau sangat telaten membimbing kami, bagaimana gerakan takriratul ikram, bersedekap, rukuk, sujud dan seterusnya dalam bimbingan teknis dari Beliau. Kisah ini terjadi tahun 1979-1980an.
Pada waktu itu, kami juga diajari mengumandangkan adzan dan iqomah. Masih benar-benar jelas dalam ingatan waktuku, setiap datang waktu sholat kita adzan sesuai jadwal yang ditentukan. Saya baru paham setelah 20 tahun, ketika saya mulai mengikuti jejaknya dengan meneruskan perjuangan Beliau, sebagai pembimbing santri TPQ. Metode membangun mental anak agar berani adzan kami terapkan, sekali adzan empat santri yang mengumandangkan, masing-masing berdiri menghadap ke kiblat dipojok empat sisi ruang musholla. Santri pertama melantunan "Allahu akbaru Allahu akbar". disusul santi kedua hingga semua melafalkan yang sama. Diteruskan lafadz berikutnya dengan cara yang sama pula hingga selesai. Ditutup dengan do'a setelah adzan diucapkan secara bersama-sama empat orang santri yang bertugas diikuti santri yang lain.
Sholat sudah bisa, adzan, iqomah, do'a sesudahnya juga sudah dikuasai (bisa dan penguasaan ala anak kecil), gilirannya Beliau mengajarkan bagaimana sholat Jum'at itu. Beliau menginstruksikan semua santri hari Jum'at agar ikut ke Masjid Payo. Masjid Payo adalah masjid tua yang terletak di Dukuhan Payo, namanya sih Masjid An Najah, orang lebih mengenal dengan nama lokasinya. Beliau memberi breaffing, sholat jumat itu sama dengan sholat lima waktu, hanya niatnya ja yang beda, rekaat sama dengan sholat Subuh. Sedang dua rekaat yang lain diganti dengan khotbah Jum'at. Sejak itu kami tahu sholat Jum'at seperti itu.
Tahun 1992, Kami dipertemukan dengan Guru spiritual yang makin menguatkan pemahaman saya tentang sholat... (Bersambung).
Semoga bermanfaat.
Tulungagung, 9 September 2024
Penulis: Susilo (Anggota Jatim PAK)
Comments
Post a Comment