Kau Memang Istimewa
Susilo*)
Saat mendengar nama kota Yogyakarta disebut, apa yang terbersit dalam pikiran anda? Tentu beraneka reaksinya, ada yang langsung tertuju pada Malioboro, Keraton Yogya, Gudeg, Bakpia, dan lain-lain. Sepertinya setiap kepala menyimpan kenangan tentang Yogya, kenangan itu mungkin sangat mengesankan hingga menancap dihati masing-masing, tak heran jika spontan akan muncul reaksi ketika mendengar kata Yogya disebutkan. Yah.. memang Yogya 'istimewwaaa'.
Sejak kecil kami begitu mengagumi kota istimewa ini. Mendengarkan sejarah, membaca silsilah pemimpinnya, menikmati seni, budaya, sopan-santun dan kreatifitas warganya menjadi suatu nilai tersendiri. Sampai kini ketika mendapat kesempatan berkunjung ke Yogyakarta, entah mengapa ada perasaan bahagia.
Kami coba membuka lembar literatur tentang kota istimewa tersebut, dijelaskan bahwa jauh sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta merupakan daerah yang mempunyai pemerintahan sendiri atau disebut Zelfbestuurlandschappen/Daerah Swapraja, yaitu Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman. Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1775, sedangkan Kadipaten Pakualaman didirikan oleh Pangeran Natakusuma (saudara Sultan Hamengku Buwono II) yang bergelar Adipati Paku Alam I pada tahun 1813.
Pemerintah Hindia Belanda mengakui Kasultanan, dan Pakualaman sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangganya sendiri yang dinyatakan dalam kontrak politik. Kontrak politik yang terakhir Kasultanan tercantum dalam Staatsblaad 1942 Nomor 47, sedangkan kontrak politik Pakualaman dalam Staatsblaad 1941 Nomor 577. Eksistensi kedua kerajaan tersebut telah mendapat pengakuan dari dunia internasional, baik pada masa penjajahan Belanda, Inggris, maupun Jepang. Ketika Jepang meninggalkan Indonesia, kedua kerajaan tersebut telah siap menjadi sebuah negara sendiri yang merdeka, lengkap dengan sistem pemerintahannya (susunan asli), wilayah, dan penduduknya.
Manuskrip yang menjelaskan sejarah berdirinya Yugyakarta dan pengakauan kedaulatan dari Pemerintah Hindia Belanda kala itu memberi gambaran Yogya memang benar-benar istimewa dari dulu hingga kini. Banyak label yang ditempelkan kepada kota ini, seperti kota sejarah, kota peradaban, kota budaya, kota pendidikan, kota wisata, dengan berbagai peninggalan sejarah masa lampau Yogya juga menjadi kota purbakala. Semuanya makin memperkokoh keistimewaan Yogya.
Sudah berulang kali kami kunjungi kota istimewa ini dengan berbagai judul kegiatan, setiap kali itu pula kami mendapatkan pelajaran berharga. Beberapa bulan lalu kami kunjung ke Yogya, pada malam harinya kami nongkrong santui di Malioboro, sekedar mengamati lalu-lalang orang dan aktifitas warga Yogya. Hal menarik perhatian mata kami, tepat di depan kami parkir rapi berderet delman dengan kusir mengenakan pakaian khas Jawa Tengah, mereka tampak rileks, bercanda, sesekali terdengar mendendangkan tembang Jawa, dijeda dengan suara menawarkan jasa. Dalam hatiku, bagaimana bisa mereka begitu terlihat ayem, tentrem, seakan tanpa beban, bahagia, walau tampil bersahaja, dan (walaupun) selama pengamatan kami belum ada yang mendapatkan penumpang. Ini menyimpan pelajaran berharga, walau kami belum mendapatkan jawaban pastinya.
Pagi ini kami diberi kesempatan untuk datangi lagi, semoga kami mendapat jawaban atas rasa penasaran yang kami ungkapkan di atas. Yogyaa... kami datang lagi....!!
Semoga bermanfaat.
*) Anggota SPK Tulungagung, Paksi JatimPAK.
Comments
Post a Comment