KEHILANGAN TONGKAT


Mengenang kembali sejarah hidup kami, kala itu setelah dirilis film dokumenter G 30 S PKI pada tahun 1984, kami murid Sekolah Dasar diwajibkan untuk menyaksikan film tersebut. Benar-benar sebuah kegembiraan luar biasa, kami akan diajak ke kota masuk di gedung bioskop yang memang belum pernah kami rasakan. Kami yakin para pembaca yang seusia dengan kami masih bisa mengenang pristiwa ini. Gedung bioskop Istana yang megah dan legendaris itu sekarang berupa fungsi, tampilan dan nama menjadi Hotel Barata.

Pindah kemasa kini, dari perbincangan dengan rekan-rekan guru melalui GWA maupun Medsos lainnya, mereka menyatakan miris melihat kondisi saat ini, murid-murid tidak mengenal peristiwa hebat dan tragis yang terjadi tanggal 30 September 1965 ini. Jika kita tarik garis dengan ajaran Pendiri Bangsa kondisi saat ini semakin jauh keluar dari garis yang Beliau goreskan. Bung Karno dengan lantang dalam pidatonya menyampaikan "Jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah". 

Murid-murid kekinian diajak berselancar jauh kemasa depan dengan diinfuskan ilmu-ilmu yang dianggap modern. Mereka menjadi bangga dengan budaya dan temuan ilmiah masa kini, namun dibalik itu mereka tak mengenal sejarah dan jati diri bangsa sendiri, padahal kita bisa hidup hingga generasi kini adalah produk-produk dari sejarah masa lalu. Adat, adab, temauan, hasil karya para nenek moyang kita hebat dan sangat istimewa terkikis habis dari file pikiran mereka bahkan mungkin menganggap sebagai hal yang kuno, ketinggalan zaman dan sebagainya.

Kembali kemasa lalu, masih sangat lekat dalam ingatan kami, dimasa sekolah ada pelajaran PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa) yang mengkisahkan perjuangan bangsa kita mulai dari pra kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan, gejolak-gejolak yang terjadi mengiringi dikedua masa ini. Ada pula Pelajaran Sejarah yang memberikan gambaran jelas bagaimana keadaan bangsa kita sebelum menjadi Repbulik Indonesia. Kisah-kisah kerajaan mulai dari Mataram Hindu hingga Mataram Islam, Kerajaan Kalingga, Daha, Singasari, Majapahit, Demak, Kutaikertanegara, Aceh dan seterusnya. Bagaimana proses berdirinya Candi Borobudur yang kemegahannya diakui dunia dan berbagai peninggalan bersejarah lain yang tak kalah hebatnya. Kala itu seolah-olah dibuka mata kami dan ditanamkan dialam bawah sadar kami bahwa kita keturunan dari bangsa yang hebat, kreator, beradab, peduli, jujur dan pejuang heroik. Kami benar-benar bangga, terpacu semangat kami dengan kisah menginspirasi dan motivasi dari bangsa (nenek moyang) kami sendiri. 

Kita banyak mendapatkan pelajaran dari sejarah bangsa ini, kita bisa menjadi bangsa yang hebat diera modern ini dengan tanpa meninggalkan akar sejarah bangsa sendiri. Melupakan sejarah itu mirip dengan seorang yang kehilangan tongkat, identik dengan kehilangan peta (maps) dalam suatu perjalanan. Tongkat akan memberi penguatan dan kemudahan langkah kaki, sedangkan maps sebagai pemberi petunjuk jalan hingga sampai tujuan.

Selamat memperingati Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2024.

Penulis: Susilo


 

Comments

Popular posts from this blog

ROAD TO HSN 2024

ADA JIHAD DALAM POLITIK?!

Satu Buku untuk Tulungagung Maju