MENDALAMI SIFAT STAF
Mengingat hari kelahiran Nabi Muhammad, seperti memutar kembali kisah teladan dari Beliau. Sebuah perjalanan dan pelajaran hidup yang luar biasa, indah dan nikmat jika keteladanannya diamalakan oleh semua manusia.
Khotbah Jum'at (6 September 2024), kebetulan kami turut menunaikan sholat jum'at dimasjid yang terletak (petunjuk mapsnya), perempatan Pasar Wage Tulungagung ke utara kira-kira 200 m, sudah tampak menara menulang ke langit. Khotbah Jum'at menjadi media untuk mengenang dan mengingatkan selalu akan pendidikan dengan konsep keteladanan (mentoring) yang diberikan oleh Nabi kita. Berbagai kebaikan sejenis memang seyogyanya terus-menerus dikumandangkan pada setiap kesempatan, dengan sering mendengar akan makin kuat tertanam dalam hati. Lekat menempel kuat di alam pikiran bawah sadar, karena diakui atau tidak kebanyakan kita mudah lupa jika tidak sering diingatkan (itu pengalaman saya sendiri).
Khotib membangkitkan ingatan kita akan gelar-gelar yang diterima Nabi Muhammad sejak Beliau masih kecil, dimana ini mencerminkan kemuliaan dan ketinggian budi pekerti Beliau. Beberapa gelar yang disematkan kepada Beliau antara lain, al Musthofa, orang yang terpilih. Al Amin, orang yang bisa dipercaya, kemudian Uswatun hasanah sebagai suri tauladan yang baik. Dan masih banyak lagi gelar yang menempel pada diri Nabi.
Selanjutnya khotib memperkuat penjelasannya, bahwa gelar yang diterima Nabi bukan hanya dari sesama manusia tapi langsung diberikan oleh Allah melalui firman-nya dalam Surat al Ahzab ayat 21, bahwa dalam diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik (uswatun hasanah). Suritauladan sebagai hamba dihadapan Tuhannya dan sebagai manusia dengan sesamanya baik muslim maupun non muslim, bahkan juga menjadi contoh dalam interaksi dengan semua isi alam semesta. Maka kalau disimpulkan keteladanan Nabi adalah paripurna. Bahkan Allah sendiri tak pernah menyebut Nabi Muhammad dengan namanya langsung dalam firman-friman-Nya, namun disapa dengan gelarnya seperti Yaa ayyuhan Nabi, al Musthofa dan lainnya.
Meneladani contoh kebaikan dari Beliau merupakan upaya kita agar layak diakui sebagai pecinta atau pengagumnya, sehingga pentas atau memenuhi syarat untuk mendapat "KTP" sabagai umatnya. Lebih jauh lagi dalam perjalanan panjang kita nanti di akhirat agar kita memperoleh karunia syafa'at darinya.
Pesan Paksi: Keteladanan Nabi mengajarkan kepada semua umat manusia agar menjadi pribadi-pribadi yang berintegritas sebagai identitas atau ciri khas dan kwalitas. Merefresh personality plus contoh dari Nabi adalah pribadi yang memiliki sifat STAF yaitu Shiddiq (jujur), Tabligh (memiliki keberanian mendakwahkan kebaikan), Amanah (bisa bertanggungjawab, dipercaya, akuntabel) dan Fathonah (cerdas, mampu mengambil keputusan cepat dan tepat) adalah orang yang selalu mengingat akan kematian seraya selalu mempersiapkan diri untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan selama kehidupan di dunia dihadapan Tuhan (pertanggungjawaban spiritual).
Semoga bermanfaat.
Penulis: Susilo (Anggot Jatim PAK)
Luarbiasa pak 🙏
ReplyDelete