Mengapa Istiqomah itu Istimewa?
![]() |
Susilo*) |
Mengapa amal terbaik itu ajek, kontinyu, istiqomah? Kita sudah sering dan yakin tiada keraguan bahwa apa yang didawuhkan Nabi merupakan kebenaran tak terbantahkan. Bahwa istiqomah lebih baik dari pada seribu kemuliaan, artinya ajek itu seribu kali lebih baik. Secara alamiah apakah alam disekitar kita juga melakukan hal sebagaimana perintah Nabi, istiqomah?
Kita mulai ambil bukti dari dalam diri kita; Otak fisiologinya adalah sebagai neurofisiologi, ia mengemban tugas sebagai organ pikiran, emosi, dan sensoris pengolahan, dan melayani banyak aspek komunikasi dan kontrol dari berbagai sistem dan fungsi-fungsi lainnya. Khusus terdiri dari indra penglihatan, pendengaran, rasa, dan bau. Mata, telinga, lidah, dan hidung mengumpulkan informasi tentang lingkungan tubuh. Bila otak tidak menjalankan tugasnya secara kontinyu, kiranya apa yang bakal terjadi pada diri kita?
Kemudian fisiologi kardiovaskular; Jantung mendorong peredaran darah, yang berfungsi sebagai “sistem transportasi” untuk mentransfer oksigen, bahan bakar, nutrisi, produk-produk limbah, sel-sel kekebalan tubuh, dan isyarat molekul (yaitu, hormon) dari salah satu bagian tubuh yang lain. Jika Jantung ngambek sudah gak mau lagi memompa darah keseluruh tubuh, apa yang terjadi?
Fisiologi pernapasan dalam tubuh kita juga menunjukkan bahwa istiqomah merupakan hal yang sangat utama. Sistem pernapasan ini terdiri dari hidung, nasofaring, trakea, dan paru-paru. Ini membawa oksigen dari udara dan excretes karbon dioksida dan air kembali ke udara. Sekali lagi kami tanyakan nih, kalau paru-paru mengatakan, "Ah aku udah tak mau lagi, tiap saat memasukkan oksigen dan mengeluarkannya lagi, terus gitu. Aku mau kerjakan yang lain aja.."
Bukti logis lain bahwa istiqomah itu istimewa, Bumi yang kita injak ini, dari dulu sampai akhir tugasnya ia tetap kontinyu berputar, dengan kecepatan yang konstan, arahpun tetap mengikuti jalur yang ditentukan. Sehingga bumi dihromati sebagaimana seorang ibu, dimuliakan hingga di negara kita disebut dengan panggilan Ibu Pertiwi. Bisakah kiranya kita buat narasi dengan indah bila bumi satu detik saja gak mau berputar?
Matahari, bulan, bintang, planet, galaksi, dan semua yang ada di jagad ini melakukan aktifitas secara terus menerus sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Semua melakukan secara terus-menerus, tiada terputus, tanpa jenuh dengan jenis tugas dimana diutus. Kalau matahari sejam saja pejamkan mata? Kalau bulan lebih memilih berselimut dalam peraduan? Kalau planet, galaksi dan semua sistem tatasurya enggan menjalani sesuai perintah Illahi? Hmm gimana yaa?...
Bahkan jam dindingpun bisa menjadi teladan keistiqomahan bagi kita, tiap detik hanya berputar-putar saja dari angka ke angka. Kalau mutarnya kebalik? Binggung deh kita, he he he...
Pelanggaran terhadap jalur orbit atau 'Tupoksi' yang telah ditentukan (sebagaimana beberapa contoh di atas) berakibat fatal. Kita tarik dalam kehidupan nyata, sebagai manusia ciptaan terbaik, "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik". (QS. Ali-Imran, ayat110). Nah, jika kita keluar dari orbit jati diri untuk apa manusia diciptakan, dimana tupoksinya adalah terus-menerus menebar ajakan kebaikan dan menghentikan keburukan. Apa jadinya jika yang kita lakukan malah sebaliknya? Tentu kita tidak mau masuk golongan orang-orang kebanyakan sebagaimana disebut dalam firman di atas.
Maka amar ma'ruf, nahi munkar pada posisi dan dengan porsi tepat serta dilakukan secara istiqomah menjadi ciri inti umat Nabi yang terbaik. Beliau juga menunjukkan keistimewaan lain bagi siapa yang istiqomah memberi banyak manfaat untuk umat dengan label sebagai manusia terbaik. Bagaimana jika kita justru menjadi manusia yang paling banyak memanfaatkan orang lain untuk kepentingan dirinya?
Jika kita tarik benang biru, sesungguhnya semua perintah agama kita menunjukkan perintah untuk istiqomah dalam kebaikan. Perintah inti beragama adalah mempertahankan tauhid, maknanya juga istiqomah. Kumandang adzan, memanggil secara istiqomah untuk menmghadiri secara konsisten, dan lain-sebagainya.
Demikian pula bumi ini diciptakan Allah adalah untuk menguji, Siapa yang terbaik amalnya? (QS. Al Kahfi ayat 7). Siapa dia? Tetaplah orang yang istiqomah amalnya.
Semoga bermanfaat.
Wallahu a'lam bis-shawab...
*) Anggota SPK Tulungagung, Paksi JatimPAK.
Comments
Post a Comment