Bisikan
![]() |
Susilo*) |
Kesuksesanku dalam karir menjadi kebanggan orang tuaku, tentu juga diriku, terlebih Istri dan anakku. Status sosialku naik, seiring dengan kenaikan demi kenaikan level jabatan yang kuraih, diikuti dengan membumbungnya fasilitas dan bertambahnya penghasilan. Level pergaulanku pun naik tahta, dari pegawai biasa beralih kepada pegawai dengan jabatan-jabatan tinggi.
Setiap berganti hari kurasa setiap itu pula jalan makin terbuka mudahnya memperoleh penghasilan, keuntungan dan terbuka peluang mendapatkan bonus-bonus yang menggiurkan. Tantangan demi tantangan datang, dilema integritaspun bertumbuhan. Apakah aku melepaskan untuk sebuah keuntungan, atau aku pertahankan tanpa keuntungan finansial?
Setiap waktu, aku juga mengamati perubahan sikap dan perilaku Istrikupun kian hari makin jelas ada perubahan, cara pakaian, kesukaan, pergaulan yang diiringi berbagai kegiatan yang aku rasa makin jauh dari karakter Istriku yang dulu. Anakku juga, makin bikin aku pusing dengan tingkah tengilnya. Keadaan ini menambah tensi makin tinggi, tantangan yang bisa membuka jurang namun juga menguji juang. Sekali lagi soal 'dilema integritas' harus dijawab, tak bisa mengelak, tak boleh ditolak.
"Sava, kamu itu luar biasa lo... kedudukanmu tinggi, pengaruhmu besar, kamu itu pimpinan dipercaya, alangkah lebih keren dan tampil meyakinkan bila kendaraanmu kau ganti yang lebih sesuai dengan derajatmu.." Bisikan lirih, tapi angat jelas di telingaku.
"Ahhh.. tidak, aku sudah sangat beruntung dengan apa yang kumiliki ini!" Tepisku. Mengingatkan kembali pada masa laluku, perjuangan yang tidak mudah untuk mendapatkan kedudukan seperti sekarang ini. Dari nol, non finansial, tanpa koneksi, aku hanya mengandalkn prestasi dan potensi yang ada dalam diriku. Aku yakin bahwa semua karena Aku mendapatkan keberuntungan yang luar biasa.
"Istrimu, anakmu, perlu juga tu... Bagaimana mungkin pantas nih, Istri seorang Direktur sebuah perusahaan besar, ternama, berskala nasional, masak pergi kemana-mana naik taksi online, atau nebeng teman. Kamu gak kasihan too...???" Bisikan itu ganti topik.
"Kasihan juga, menurutku itu justru makin membahayakan Istriku. Saat ini yang aku pikir dan upayakan agar Istriku kembali kepada sifat asli.." Logikaku mempertahankan argumen.
Bisikan itu terus berdatangan dengan berbagai materi bahasan yang berbeda. Seolah memberi penguatan agar aku melakukan pesan bisikan. Namun aku sangat bersyukur masih diberi kemampuan untuk bertahan. Jika lepas kesadaranku dan menurutinya pasti menghancurkan semua titian jalan kesuksesan yang aku bangun selama ini. 'Gara-gara sebuah bisikan bisa bikin hidupku berantakan'. Bisikan-bisikan negatif yang hendak melunturkan unsur positif, terus berusaha mengganggu aku dalam melakukan kebiasaan dan mempertahankan nilai jati diri sebagai manusia.
Comments
Post a Comment