Mengapa Kita Bajak?
![]() |
Susilo *) |
'Membajak' kata yang sangat familier, kata ini memiliki dua makna yang berseberangan, bisa bermakna negatif pun juga positif.
Dari tinjauan hukum, membajak adalah penggandaan dan pendistribusian produk atau ciptaan secara tidak sah untuk mendapatkan keuntungan ekonomi. Dalam kontek makna kejahatan lain, membajak juga memiliki arti; Perompakan di laut, mengambil alih kapal terbang, kapal laut, atau bus dengan cara paksa. Mencuri hasil ciptaan orang lain tanpa izin dan sepengetahuan penciptanya. Meretas dan masuk tanpa izin ke situs web, kemudian merusak, mencuri, atau mengubah tampilan isi situs. Dan meretas akun pengguna orang lain, seperti akun media sosial, akun surel, atau akun situs.
Sedangkan 'membajak' dari sudut pandang positif, biasanya dilakukan dalam proses produksi pertanian. 'Membajak' adalah salah proses awal dan sangat penting, yang betujuan untuk menggemburkan dan membalikkan tanah dengan menggunakan alat bernama bajak, yang dahulu ditarik oleh sapi, kuda, atau saat ini menggunakan mesin. Tujuannya adalah untuk membawa tanah bagian dalam yang subur ke permukaan.
Bila kita dalami pengertian di atas, salah satu unsurnya ada yang memiliki kesamaan baik yang bertujuan negatif maupun posisit yaitu menguasai, agar mengikuti kehendak si 'Pembajak', dan untuk mendapatkan keuntungan secara ekonoimi.
Yah, karena tujuan beda tentu memiliki pula berbedaan yang mencolok, 'membajak' dalam arti jahat tak hanya sekedar motif ekonomi, bisa lebih luas lagi, diantaranya mengganggu stabilitas, membuat kekacauan, menciptakan ketakutan masal, bertendensi politik dan lain-lain.
Pelajaran Positif dari 'Membajak'
'Mambajak' yang bernilai positif juga tersimpan ajaran positif untuk kehidupan kita. Sebagaimana fungsinya, seperti itu pula muncul manfaatnya untuk kita. 'Mengapa kita perlu membajak diri kita?' Karena terkandung berbagai manfaat sebagaimana di bawah ini:
Pertama, Meningkatkan Produktivitas Lahan. Dengan menggemburkan tanah dan menghilangkan gulma, bajak sawah menciptakan kondisi yang optimal untuk pertumbuhan tanaman. Ini dapat meningkatkan hasil panen dan produktivitas lahan secara keseluruhan.
Terkandung pelajaran strategi untuk menanamkan benih kebaikan, diri kita bagaikan lahannya, maka harus lebih dulu membuat lahan atau hati ini subur, lembut, bersih dari kotoran, dan pengganggu (gulma) di dalamnya, sehingga ketika ditanamkan kebaikan dalam diri akan tumbuh normal, sempurna, dan berbuah kemanfaatan yang tinggi.
Kedua, Mengurangi Penggunaan Herbisida. Dengan kemampuan untuk mengendalikan gulma secara fisik, penggunaan bajak sawah dapat mengurangi kebutuhan akan herbisida kimia yang dapat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Mengolah hati yang benar, menjadikan 'iman kokoh', maka jasad-jasad pengganggu tak mudah tumbuh. Keadaan yang demikian mengidentifikasikan sehat lahir dan batin, sehingga mudah sekali menerima dan menumbuhkembangkan setiap benih kebaikan.
Ketiga, Mempercepat Proses Penyiapan Lahan. Dibandingkan dengan cara manual, membajak sawah menggunakan traktor atau hewan penghela jauh lebih cepat dan efisien. Ini menghemat waktu dan tenaga petani dalam mempersiapkan lahan untuk penanaman.
Cara mekanik, atau menggunakan bajak mesin tersebut, jika dikonversikan ke dalam spiritual agama adalah, membangun kebaikan, dan membersihkan diri yang dilakukan secara berjamaah, atau membentuk komunitas belajar kebaikan. Saling mendo'akan, dan saling memintakan ampunan merupakan cara digital untuk mempercepat proses perbaikan, mempertahankan serta menumbuhkan benih baik dalam diri.
Keempat, Mengurangi Risiko Erosi Tanah. Teknik pembajakan yang tepat dapat membantu dalam mengurangi erosi tanah. Dengan membalik tanah dan mencampur sisa tanaman ke dalam tanah, struktur tanah menjadi lebih stabil dan tidak mudah tergerus oleh angin atau air.
Teknik memperbaiki diri yang tepat akan melindungi diri kita dari pengaruh negatif, erosi mental dan moral diera keterbukaan ini. Bagaimana teknisnya, adalah dengan (sekali lagi) membangun learning organization, atau kelompok (jamaah) pembelajaran dan pembiasaan. Ini menegaskan pentingnya sebuah komunitas kebaikan.
Kelima, Meningkatkan Ketersediaan Nutrisi. Proses pembajakan membantu mengaduk sisa tanaman dan bahan organik ke dalam tanah, yang pada gilirannya memperkaya kandungan nutrisi tanah dan meningkatkan kesuburan tanah.
Secara agama proses ini disebut ikhlas dan ridho. Semua kejadian buruk masa lalu, kegagalan, kekurangan-kekurangan diri dan keadaan lingkungan yang dianggap toxic, kita terima dengan dasar 'iman' agar mampu memetik pelajaran untuk kita jadikan acuan perjalanan dimasa depan. Dengan demikian 'nutrisi' (energi positif) akan terus tercukupi, maka kita kan selalu memiliki hati yang gembur dan subur.
Musim hujan telah tiba, saatnya membajak lahan untuk kita tanami dengan berbagai benih yang berkwalitas tinggi. Benih berkwalitas dimaksud adalah integritas. Nah, penting banget mengapa perlu kita bajak? Agar bersama-sama menjadi orang bijak, bijak berpikir dan bersikap. Hingga optimisme dalam setiap diri tetap tertanam kuat, bahwa masih ada asa Indonesia bersih dari korupsi.
Semoga bermanfaat.
*)Anggota SPK Tulungagung, Paksi JatimPAK.
Comments
Post a Comment