DPT Pecah Menjadi 4 Kelompok
![]() |
Susilo*) |
Pertama, Kelompok Pesimis atau secara luas disebut golongan putih (Golput), kelompok yang identik dengan sikap cuek, apatis, tidak mau cawe-cawe dengan kondisi politik, akhirnya tidak mau datang ke TPS. Kelompok ini beranggapan tidak ada calon yang memenuhi kriteria ideal, sehingga dipilihpun tak akan memberi kontribusi kebaikan untuk masa depan (pesimis). Dalam kelompok ini terdapat sikap golput yang sopan, ia mau datang ke TPS hanya masuk bilik, tapi tak menentukan pilihan, kemudian keluar lagi. Kelompok ini yang selalu hangat jadi perbincangan setiap ada pemilihan. Istilah golput naik daun ketika menjelang Pemilu 1971.
Angka golput pada Pemilu 2019 termasuk yang terendah dibandingkan pemilu sebelumnya sejak 2004. BPS mencatat, jumlah masyarakat yang golput pada 2019 sebanyak 34,75 juta atau sekitar 18,02 persen dari total pemilih yang terdaftar. Sementara, pada 2014, jumlah golput sebanyak 58,61 juta orang atau 30,22 persen. Semoga Pilkada tahun ini kelompok golput makin menurun seiring dengan meningkatnya kesadaran Pemilih.
Kedua, Kelompok Labil, sebutan ini mungkin yang pas, karena mereka menentukan pilihan hanya berdasarkan satu pertimbangan saja, siapa calon yang memberi uang, money politic, atau serangan fajar, atau apapun sebutannya ialah yang dipilih. Kelompok pemilih yang demikian mengindikasikan sebagai orang yang tak memiliki pendirian, mudah dipermainkan atau memainkan peran untuk mendapat keuntungan diri sahaja. Ada juga, jika yang memberi lebih dari satu calon, maka suara dalam satu keluarga akan dibagi. Kelompok ini juga tergolong tak peduli akan masa depan bangsa, materialistik, dan tak sadar telah menjadi sumber pemicu terjadi fraud dimasa lima tahun kedepan. Bahkan dampak negatifnya bisa berkepanjangan, lebih panjang dari masa jabatan Kepala Daerah.
Ketiga, Kelompok Logis. Kelompok ini jika ada calon yang membagikan politik uang mereka terima saja, akan tetapi pilihan mereka tak terpengaruh atas pemberian tersebut, mereka tetap memilih sesuai ketetapan hati sendiri. Mereka tetap teguh pada cara pikir yang logis, mereka mampu menghimpun data dan menganalisa kompetensi, potensi, dan prestasi calon yang memang layak dipilih.
Keempat, Kelompok Optimis. Kelompok ini biasanya tidak mendapat bagian uang politik, sekalipun diberi juga tak mau menerimanya. Mereka benar-benar menegakkan integritas, menjaga idealisme, dan memiliki optimisme yang sangat tinggi, tak bisa dipengaruhi dengan cara-cara menyimpang. Teguh mengikuti tata aturan, membuka lebar mata, telinga, dan hatinya, untuk menyimpulkan calon mana yang paling ideal menurutnya. Mereka memilih dengan merdeka, rileks, tanpa beban, tanpa tekanan, tanpa interpensi, bersih hatinya, jernih pikirannya. Mereka pemilih dengan perasaan bahagia karena bisa turut berperan menetukan masa depan bangsa dan negara. Mereka optimis siapapun calonnya pasti memiliki nilai plus dibalik kekurangan yang ada dan meyakini Pilkada adalah langkah awal menuju kondisi yang lebih baik lagi.
Harapan dan Doa
Semoga apa yang disampaikan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Tulungagung, Bapak Tri Hariadi, Beliau optimis bahwa target partisipasi pemilih dapat terlampaui. "Kami berharap partisipasi pemilih Tulungagung bisa lebih dari 80,2 persen," diungkapkan pada Sosialisasi Tahapan Pilkada 2024 yang dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk ASN, Kepala Desa, Forkopimcam, dan stakeholder terkait. Kegiatan ini berlangsung di Hotel Batara pada Jumat (20/9/2024). Pernyataan Pak Sekda yang juga diamini oleh Ketua KPU Tulungagung Moh. Lutfi Burhani, menjadi kenyataan.
Dan doa kami, dalam angka target tersebut adalah dari kelompok pemilih yang optimis, Pilkada berintegritas terjadi di tahun 2024, dan pada setiap pemilihan.. aamiin...
Semoga bermanfaat.
*) Anggota SPK Tulungagung, Paksi JatimPAK.
Comments
Post a Comment