BEGAWAN BRATADJATI
Malam yang begitu tenang, suara binatang menghiasi seperti ilustrasi musik yang indah, angin segar berhembus menembus kulit cukup dalam. Kesunyian dan ketenangan tiba terpecah dengan suara ketokan pintu padepokan.
“Silahkan masuk...” Dengan suara bergetar Begawan Bratadjati mempersilahkan setelah saling mengucap salam dan bertegur sapa.
Setelah Si Tamu masuk dan dipersilahkan duduk Sang Begawan menanyakan nama, maksud dan tujuan kedatangannya. Dari dialog awal itu diketahui bahwa Beliau adalah Sarwono dari desa berbatasan dengan Padepokan Curahlangit. Selanjutnya Sarwono menyampaikan maksudnya.
“Begawan, kami berkeluarga sudah cukup lama namun keadaan kami belum juga berubah makin baik. Kami mohon petunjuk agar kami mendapatkan kelimpahan rezeki, rumah bagus dan nyaman. Mohon petunjuknya, Begawan.” Sarwono menutup ucapannya.
“Iya, iya Saudaraku Sarwono... (sambil mengangguk-angguk). Nanti sampai di rumah, semua binatang piaraan masukkan ke dalam rumah, untuk tinggal bersama keluargamu...” Pungkas Begawan.
Dengan penuh keyakinan akan tercapainya impian, maka ia bertekat akan melaksanakan apa yang disarankan oleh Sang Begawan. Sesampai di rumah Sarwono menyampaikan saran dan laku yang disarankan oleh Begawan Bratadjati. Demi keinginan semua menyetujui.
Kesesokan hari semua binatang piaraan di masukkan ke dalam rumah, 4 ekor sapi, 5 ekor kambing, 15 ekor ayam, dan 11 ekor menthok, semua dimasukkan. Hari itu keadaan rumah seketika bener-bener berubah meriah drastis. Hari pertama membuat seisi rumah merasakan kekacauan yang sangat menyiksa. Mereka tetap sabar bertahan demi tercapainya semua keinginan.
Hari kedua keadaan makin kacau, rumah menjadi kotor, bau busuk menyengat, pengab, suara gaduh tak terkendali, pokoknya serba gak enak. Mereka mulai ragu dengan saran Sang Begawan, karena yang didapat bukan kenyamanan tapi kesengsaraan. Hari itu Surinem, istri Sarwono, dengan kesal meminta suaminya datang lagi ke padepokan untuk minta petunjuk lagi.
Sampai di padepokan Sarwono menyampaikan keluhannya, kemudian Begawan Bratadjati memberikan saran, “Kalau begitu keluarkan binatang terkecil dan kembalikan ke kandangnya”.
Singkat kisah Sarwono mengeluarkan ayam dan menthok dari rumahnya. Hari itu terasa lebih longgar, lega. Hari-hari berikutnya masih tak bisa dihindari bahwa sapi dan kambing yang ada dalam rumah tetap saja membuat keluarganya tidak nyaman. Kembali Sarwono mengadukan ketidaknyamanan yang di hadapi. Begitupun Sang begawan memberikan saran yang sama.
Setelah kambing dikeluarkan rasanya lebih nyaman lagi. Tinggal keluarganya dan tiga ekor sapi yang ada dalam rumah. Bisa dibayangkanlah bagaimana hidup dalam satu ruang dengan sapi. Sarwono kembali lagi sowan Begawan dan disarankan untuk yang terakhir, “Keluarkan sapimu dari dalam rumah, kembalikan ke kandangnya.” Jelas Sang Begawan sambil memberi pesan jika semua binatang sudah keluar dari rumah agar malamnya mengajak semua anggota keluarga untuk datang ke padepokan.
Sampai dirumah, ia keluarkan sapinya, kemudian ia dan keluarganya membersihkan rumahnya. Keadaan benar-benar bersih dan rapi kembali. Mereka hidup tenteram, nyaman, damai dan bahagia seperti semula.
Malam tiba mereka tak sabar untuk datang ke padepokan. Sesampai di padepokan mereka langsung dipersilahkan duduk.
“Bagaimana keadaan kalian pagi hingga sore ini?” Tanya Begawan.
“Kami sangat nyaman, bahagia dan lebih sehat, setelah semua binatang keluar dari rumah kami”, jawab Sarwomo yang diikuti dengan anggukan Istri dan anaknya.
“Perasaan dan pikiran kita seharusnya memang tidak dimasuki dengan hal-hal yang tidak semestinya kita masukkan, itu mengganggu kebahagiaan dalam hidup kita. Harta, benda, pangkat, drajat yang kita simpan didalamnya..” Begawan memberikan arah.
“Apakah kita tidak boleh memiliki harta berkecukupan ataupun pangkat tertentu maksud Begawan?” Tanya Sawrosno.
“Ooo tidak begitu, maksudnya jadikan harta, benda sebagai untuk meningkatkan pengabdian pada Tuhan dan sesama, jangan kau jadikan tujuan hingga masuk dalam perasaan dan pikiran atau untuk memenuhi keinginan nafsu saja. Demikian juga pangkat dan derajat itu jadikan saranan mengokohkan penghambaan kepada Tuhan, bukan sekedar menuruti ambisi...” Jelas Begawan.
“Fokus pada kebutuhan dan tujuan hakiki jangan pada keinginan-keinginan...” Sang Begawan menegaskan.
“Apakah kebahagian dan rezeki yang diberikan oleh Sang Pencipta masih kurang?” Tanya Sang Begawan membuat Sarwono dan keluarga terhenyak sadar.
“Iiiiya Begawan, semua sudah sangat cukup...” Jawab Sarwono terbata-bata dengan tertunduk.
“Jika kalian merasa cukup, maka semua akan cukup, tiada kekurangan sesuatupun bahkan akan bertambah kecukupannya. Jika kalian merasa kurang, maka yang ada hanya kekurangan untuk selamanya..” Petuah Begawan.
“Perasaan yang selalu kurang adalah mental seorang peminta-minta, jika hal ini dibiarkan akan subur menjadi serakah, keserakahan akan menghilangkan rasa kemanusiaan. Sedang perasaan selalu cukup adalah akhlak hamba sejati yang membimbingnya menjadi suka memberi, dermawan, empati dan tumbuh kasih sayang pada sesama.. Keadaan perasaanmu, akan mempengaruhi pikiranmu, bagaimana pikiranmu itulah yang mengatur langkahmu” Begawan menutup kalimat dengan punuh hikmah.
Semoga bermanfaat.
Comments
Post a Comment